
Makassar, 7 Juli 2025 — Media sosial Indonesia tengah dihebohkan dengan video seorang bocah laki-laki berusia 12 tahun bernama Muhammad Rifqi Alamsyah, yang sehari-hari berjualan kue keliling di sekitar Pantai Losari, Makassar. Bukan karena dagangannya, melainkan karena kemampuannya yang luar biasa: fasih berbicara dalam 5 bahasa asing, yakni Bahasa Inggris, Jepang, Arab, Spanyol, dan Prancis.
Dalam video berdurasi 3 menit yang diunggah akun @makassarvoice, Rifqi terlihat sedang menjelaskan jenis kue tradisional dalam bahasa Inggris dan Prancis kepada dua wisatawan asing, lengkap dengan logat dan intonasi yang nyaris sempurna. Unggahan itu kini telah ditonton lebih dari 20 juta kali dan jadi trending #1 di TikTok Indonesia.
Belajar dari Gawai Bekas dan Buku Sumbangan
Rifqi mengaku belajar bahasa dari ponsel bekas ayahnya dan buku-buku tua yang ia kumpulkan dari tempat daur ulang. Ia juga sering menonton YouTube menggunakan WiFi gratis di taman kota.
“Saya suka bahasa karena bisa ngobrol sama siapa aja. Saya gak mau jadi penjual kue terus. Saya mau jadi penerjemah atau guru internasional,” katanya dalam wawancara yang penuh semangat.
Ia tinggal bersama ibu dan adiknya di rumah petak kecil di daerah Pelabuhan Paotere. Ayahnya meninggal saat Rifqi berusia 7 tahun.
Dukungan Publik dan Tawaran Beasiswa
Setelah viral, bantuan mulai berdatangan. Pemerintah Kota Makassar melalui Dinas Pendidikan langsung memberikan beasiswa penuh hingga jenjang SMA. Selain itu:
-
Lembaga Bahasa Internasional Jakarta menawarkan program mentorship jarak jauh
-
Kampus swasta di Jepang dan Singapura menyatakan minat mendanai studi lanjutan
-
Aktor dan filantropis Reza Rahadian menghubungi keluarga Rifqi untuk memberikan donasi pendidikan dan bimbingan pribadi
Simbol Harapan dan Potensi Anak Negeri
Warganet menyebut Rifqi sebagai “polyglot kecil dari timur” dan menyebutnya sebagai simbol dari potensi luar biasa anak Indonesia yang sering tak terlihat karena keterbatasan akses. Banyak pengguna media sosial menyatakan Rifqi sebagai:
“Pengingat bahwa kemiskinan tak bisa membungkam kecerdasan, hanya menundanya.”
Kesimpulan
Kisah Rifqi adalah cermin kegigihan, cinta belajar, dan harapan tanpa batas. Ia mengingatkan kita bahwa bakat bisa tumbuh di jalanan, di antara kue dagangan dan buku lusuh — jika diberi ruang, dukungan, dan keyakinan.
Dari trotoar Makassar, suara lima bahasa menggema, membawa pesan bahwa mimpi besar bisa dimulai dari langkah kecil — bahkan sambil menjajakan kue.