Kalimantan Selatan, 6 Juli 2025 – Tragedi tenggelamnya Kapal Motor Penumpang (KMP) Tunu Pratama Jaya di perairan Kotabaru–Tanah Bumbu menyisakan duka mendalam. Di antara korban jiwa yang terkonfirmasi meninggal dunia adalah seorang balita berusia 3 tahun, yang ikut menumpang kapal bersama kedua orang tuanya. Identitas anak tersebut telah dirilis oleh Basarnas Kalimantan Selatan dan kini menjadi simbol kepedihan dari insiden yang memicu kritik luas terhadap sistem keselamatan pelayaran di Indonesia.
🚢 Kronologi Tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya
KMP Tunu Pratama Jaya, kapal feri penumpang yang melayani rute reguler antara Pulau Laut dan Batulicin, dilaporkan terbalik dan tenggelam pada Jumat malam sekitar pukul 19.30 WITA. Menurut saksi mata dan data dari Basarnas:
-
Kapal mengalami cuaca buruk dan gelombang tinggi.
-
Dugaan awal menyebutkan kapal kelebihan muatan dan mengalami masalah keseimbangan.
-
Total penumpang dan awak mencapai lebih dari 80 orang, melebihi kapasitas ideal kapal.
“Saat kapal mulai miring, terdengar suara teriakan dan kepanikan. Orang-orang berlarian mencari pelampung. Sayangnya, tak semua sempat mengamankan diri,” ujar Andi Firmansyah, salah satu korban selamat.
👶 Balita Jadi Korban: Fakta dan Suasana Haru
Korban balita yang meninggal dunia diidentifikasi sebagai RA (3 tahun), anak dari pasangan suami istri asal Kotabaru yang hendak mudik ke Tanah Bumbu. Keluarga kecil ini sempat terlihat duduk di area dek penumpang saat kapal berlayar.
Petugas SAR menemukan jasad RA terjepit di bawah puing kursi penumpang, dalam kondisi mengenakan jaket pelampung anak-anak. Namun, dugaan kuat menyebutkan balita tersebut tertimpa beban saat kapal terbalik, sehingga tidak sempat terselamatkan meski sudah memakai pelampung.
“Kami semua menangis saat evakuasi. Ini tragedi kemanusiaan yang menyayat hati,” kata seorang relawan PMI yang ikut mengevakuasi jenazah.
🛟 Evakuasi dan Tanggapan Pemerintah
Hingga hari ketiga pasca tragedi:
-
36 orang berhasil diselamatkan, sebagian dengan luka ringan hingga sedang.
-
11 korban ditemukan meninggal dunia, termasuk balita RA.
-
Puluhan lainnya masih dalam pencarian, dengan penyelam dan helikopter SAR dikerahkan penuh.
-
Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan telah menetapkan status tanggap darurat.
Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi, menyampaikan belasungkawa dan menjanjikan investigasi menyeluruh.
“Kami akan mengusut tuntas unsur kelalaian. Anak-anak seharusnya menjadi prioritas keselamatan di kapal umum,” ujarnya dalam konferensi pers.
⚖️ Desakan Reformasi Keselamatan Transportasi Laut
Tragedi ini kembali membuka luka lama tentang buruknya pengawasan keselamatan pelayaran di Indonesia. Beberapa masalah utama yang diangkat oleh pengamat:
-
Ketiadaan manifest penumpang yang transparan dan akurat.
-
Jumlah jaket pelampung yang tidak memadai.
-
Minimnya pelatihan kru untuk situasi darurat.
-
Prosedur pengawasan cuaca yang tidak ketat.
Organisasi kemanusiaan dan perlindungan anak pun mendesak adanya audit keselamatan nasional terhadap seluruh rute pelayaran rakyat dan feri antar-pulau.
📌 Kesimpulan: Balita RA Jadi Simbol Kepedihan Bangsa
Kisah balita RA yang meninggal dalam pelukan tragedi KMP Tunu Pratama Jaya menjadi pengingat menyayat akan pentingnya keselamatan pelayaran yang selama ini sering diabaikan. Pemerintah, pengelola pelabuhan, dan operator kapal dituntut tidak lagi bersikap reaktif, tapi proaktif menyelamatkan nyawa sebelum musibah terulang.
“Jangan ada lagi anak-anak yang harus mati karena kelalaian sistem. Jangan tunggu kapal berikutnya tenggelam baru bertindak,” kata Lembaga Advokasi Perlindungan Anak Indonesia.