
Tanggal: 4 Juli 2025
Banda Aceh — Di tengah arus modernisasi dan globalisasi makanan cepat saji, kuliner tradisional tetap menunjukkan taringnya. Hal ini terlihat jelas di Provinsi Aceh, yang kini tidak hanya dikenal sebagai Serambi Mekah, tetapi juga sebagai destinasi wisata kuliner yang semakin populer di kalangan pelancong domestik maupun mancanegara.
Mie Aceh dan Warisan Rempah yang Melegenda
Salah satu primadona kuliner Aceh yang menjadi magnet wisata adalah Mie Aceh. Hidangan mi kuning tebal dengan bumbu rempah khas ini disajikan dalam tiga varian: goreng, kuah, dan tumis. Disajikan bersama irisan daging sapi, kambing, atau seafood seperti udang dan cumi, Mie Aceh dikenal memiliki rasa yang kuat dan berani.
“Setiap kali saya datang ke Aceh, saya pasti mampir ke warung Mie Razali. Kuah kari dan bumbunya itu unik sekali, berbeda dari mi kari mana pun,” ujar Yusuke Tanaka, wisatawan asal Jepang yang datang bersama komunitas travel food Asia.
Hidangan Tradisional yang Sarat Filosofi
Selain Mie Aceh, kuliner lainnya yang mulai digemari adalah Kuah Pliek U, Ayam Tangkap, dan Rujak Aceh. Kuah Pliek U, misalnya, merupakan simbol gotong royong masyarakat Aceh, karena dalam pembuatannya menggunakan berbagai jenis sayuran lokal dan bumbu fermentasi (pliek u) yang hanya bisa ditemukan di dapur-dapur Aceh.
Menurut Teuku Zulfikar, pakar kuliner Aceh dan penulis buku Rempah dan Rasa Tanah Rencong, makanan tradisional Aceh tidak hanya soal rasa, tapi juga sarat nilai budaya dan sosial. “Setiap makanan punya cerita, punya makna,” ujarnya.
Strategi Pemerintah dan Pelaku Wisata
Pemerintah Provinsi Aceh melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata terus mendorong promosi wisata kuliner dengan kampanye Taste of Aceh. Acara-acara seperti Festival Kuliner Aceh, pelatihan chef lokal, dan program digitalisasi warung tradisional menjadi bagian dari upaya sistematis untuk mendongkrak sektor ini.
“Data kami menunjukkan lonjakan kunjungan wisatawan sebesar 18% dalam tiga bulan terakhir, terutama karena faktor kuliner. Ini pencapaian luar biasa,” ungkap Kepala Disbudpar Aceh, Fitriadi Nasution.
Wisata Rasa Berbasis Komunitas
Di kawasan Lamprit dan Ulee Kareng, banyak rumah makan tradisional kini menyediakan paket “wisata rasa” yang memungkinkan wisatawan belajar langsung memasak Mie Aceh dan membuat sambal khas Aceh. Aktivitas ini menjadi daya tarik tambahan terutama bagi wisatawan mancanegara.
“Belajar membuat Mie Aceh langsung dari dapur orang lokal adalah pengalaman yang tidak bisa dibeli di restoran mewah,” kata Karina Lopez, seorang travel blogger asal Argentina.